Sehari Menjelajahi Sungai Sekonyer: Pesona Desa Wisata Hijau Penerima Penghargaan Astra dari Kotawaringin Barat

Nisazet.com

Oktober 9, 2025

5
Min Read

Nisazet.com || Selama ini, setiap kali melakukan perjalanan dinas ke  Pangkalan Bun, tujuan saya hanya seputar kota, cafe, rumah sakit serta berburu pusat oleh-oleh.  Lambat laun semuanya terasa membosankan, bermodal nekat ternyata dari pusat kota sekitar 30 menit waktu tempuh dari ada sebuha keajaiban alam yang selama ini terlewatkan. 

Perjalanan dadakan kali ini sedikit berbeda. Saya memutuskan untuk mencoba ke Kumai, sebuah pintu gerbang pertama untuk mengunjungi Wisata Sungai Sekonyer, bdw ini salah satu desa di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah yang kini dikenal hingga tingkat nasional karena keberhasilannya menjaga alam dan meraih penghargaan dari Astra

First Impression di Kumai: Riuhnya Dermaga, Hangatnya Warga

Tidak afdol namnaya kalau untuk tempat pertama selalu kesasar, begitulah yang saya rasakan. Ketika sampai di dermaga Kumai suasana langsung menyambut dengan energi khas Kalimantan. Bau kayu basah bercampur aroma sungai, suara mesin klotok bersahutan.

Perahu-perahu yang nantinya membawa turus mancanegara untuk menikmati keindahan alam.

Pemandu saya hari itu, Pak Herman, warga asli Sungai Sekonyer, menyambut dengan senyum lebar.

Cuma satu hari ya? Tenang, sehari cukup untuk jatuh cinta sama Sungai Sekonyer,” katanya sambil menyalakan mesin klotok.

Menyusuri Sungai Sekonyer: Tenang, Hijau, dan Menyentuh Hati


Dengan hati-hati melangkah ke Klotok, bersama dengan tim yang lain. Kami memulai perjalanan baru. Perahu yang kami tumpangi cukup besar, sehingga lumayan muat untuk beberapa orang.

Pelan-pelan perahu mulai bergerak meninggalkan dermaga, suasana langsung berubah, yang tadinya berisik karena suara motor didarat sekarang berganti jadi suara alam yang khas, air yang tenang serta langit biru yang cerah seolah mendukung perjalanan kami untuk melihat desa sekonyer.


Kami menyusuri sungai sekitar dua jam, dan di sepanjang perjalanan, mata saya dimanjakan oleh pemandangan hutan tropis yang masih alami, daun nipah sepanjang jalan, seekor monyet ekor panjang, dan kalau beruntung melihat segorombolan binatang bekantan.

Perjalanan yang panjang tidak begitu lama kalau diisi dengan cerita dari Pak Herman. Beliau bercerita bagaimana dulu banyak warga menggantungkan hidup dari menebang kayu, tapi kini mereka memilih jalan berbeda: menjadi pemandu wisata, pengrajin, dan pelestari lingkungan.

Apalagi masa sebelum pandemi, wisata ini sempat tumbuh besar dan berkembang pesat. Setiap hari wisatawan selalu datang dan berkunjung. Tidak pernah sepi pokoknya.

Dulu kami cari uang dari hutan, sekarang kami hidup dari menjaga hutan,” katanya sambil tertawa pelan.

bahwa alam bukan sekadar sumber daya, tapi sumber kehidupan.

Singgah di Desa Wisata Sungai Sekonyer

Sekitar tengah hari, kami sampai di Desa Sungai Sekonyer.. Dari kejauhan, desa ini tampak asri dan rapi. Rumah-rumah panggung berdiri di tepi sungai, dihiasi taman kecil dan papan nama bertuliskan Selamat Datang di Desa Wisata Sungai Sekonyer — Desa Sejahtera Astra.

Saya berkeliling sebentar, ditemani Pak Herman. Anak-anak sedang bermain di dermaga, ibu-ibu menjemur anyaman rotan, sementara beberapa warga menata hasil kerajinan mereka di bale-bale kayu sederhana.

Di sinilah saya benar-benar merasakan makna wisata berbasis masyarakat. Semua hal diatur dan dijalankan oleh warga sendiri — dari penyewaan perahu, kebersihan lingkungan, hingga pembuatan suvenir khas Sungai Sekonyer.

Salah satu ibu bercerita bahwa mereka mendapat pelatihan dari Astra melalui program Kampung Berseri Astra (KBA) dan Desa Sejahtera Astra (DSA)

Penghargaan Astra dan Perubahan Nyata di Desa

Keberhasilan Desa Sungai Sekonyer mendapat penghargaan dari Astra bukansebuah kebetulan. Warga di sini berhasil menerapkan empat pilar utama Astra: pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan kewirausahaan.

Berkat pendampingan itu, kini Sungai Sekonyer menjadi contoh desa wisata hijau yang mampu menyeimbangkan pariwisata dan pelestarian alam.

  • Sungainya bersih dan terawat.
  • Ekonomi masyarakat meningkat.
  • Kesadaran lingkungan tumbuh kuat.

Saya sempat berbincang dengan beberapa pemuda desa yang kini aktif mempromosikan wisata melalui media sosial. Mereka membuat video perjalanan, mengunggah foto satwa liar, dan mengedukasi wisatawan agar berperilaku ramah lingkungan.

Sehari yang Sarat Makna

Menjelang sore, kami mulai kembali ke Kumai. Sepanjang perjalanan pulang, langit Kalimantan berubah warna perlahan — dari biru muda menjadi jingga keemasan. Senja seakan tidak pernah bosan menyapa warga sekitar, bahwa setiap hari selalu ada makna yang bisa diambil dalam sebuah perjalanan.

Saya duduk diam di ujung klotok, menikmati detik-detik perjalanan pulang sambil merenung. Hanya satu hari saya berada di Sungai Sekonyer, tapi rasanya seperti mendapatkan pelajaran hidup berharga: bahwa kemajuan tidak selalu berarti membangun gedung tinggi, tapi membangun kesadaran untuk menjaga bumi.

Sungai Sekonyer bukan hanya tempat wisata. Ia adalah contoh nyata bagaimana kolaborasi antara masyarakat dan dunia usaha mampu menciptakan perubahan yang berkelanjutan.

Melalui dukungan Astra, warga desa kini mampu menjaga kelestarian alam sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Inilah makna sebenarnya dari semangat Astra untuk Indonesia Hijau dan Sejahtera.

Penutup: Sehari yang Mengubah Cara Pandang

Saat klotok kembali merapat ke dermaga Kumai, saya tahu perjalanan ini akan selalu saya kenang. Hanya satu hari, tapi penuh kesan dan makna.

Saya datang sebagai wisatawan, tapi pulang dengan rasa kagum dan hormat pada masyarakat yang dengan tulus menjaga alamnya.

Sungai Sekonyer mengajarkan saya bahwa Indonesia punya banyak desa seperti ini desa yang hidup dari cinta terhadap alam, kerja keras, dan semangat gotong royong.Dan selama semangat itu terus mengalir, masa depan hijau negeri ini akan selalu terjaga.

Saya juga belajar banyak hal, salah satunya bagaimana peran kita sebagai makhluk harus tetap menjaga alam, alam yang memberikan rasa aman, damai, serta alam juga lah yang memberikan rasa cukup. Kita sebagai manusia yang diberikan akal, pikiran, harus bijak dalam menjaga bumi kita tercinta.

Salam Sugar ♥

Tinggalkan komentar